YupeePhone.com, low international rates and monthly packages.

Thursday 23 July 2009

Bukuku ,masa depanku

Sunday 5 July 2009

MEMBACA DENGAN CERDAS

Membaca, bisa diartikan sebagai sebuah usaha mendapatkan apa yang kita inginkan (sebagai pembaca) dari sebuah buku. Aktifitas membaca ini bukanlah hanya memandang serangkaian kalimat saja, namun lebih kepada memahami kandungan kalimat-kalimat yang dibaca.

Di tengah krisis percaya diri yang telah melanda bangsa kita ada sebuah krisis yang cukup parah bahkan berdampak jangka panjang bila tidak segera ditangani, yakni krisis membaca. Tentunya kita tidak ingin generasi penerus kita kelak menjadi generasi yang kerdil karena kurang minat membaca. Adapun hal ini juga dipengaruhi oleh citra bahwa membaca merupakan aktifitas yang menyebalkan dan membosankan, apalagi bila dibandingkan dengan hiburan yang dapat diperoleh lewat media elektronik yang lebih mudah dan atraktif. Gejala ini terjadi pula ada minat baca pada buku teks baik buku sekolah maupun buku kuliah. Padahal, informasi yang kita dapatkan dari guru ataupun dosen tentulah belum cukup tanpa pendalaman melalui membaca buku-buku yang dianjurkan.

Membaca, bisa diartikan sebagai sebuah usaha mendapatkan apa yang kita inginkan (sebagai pembaca) dari sebuah buku. Aktifitas membaca ini bukanlah hanya memandang serangkaian kalimat saja, namun lebih kepada memahami kandungan kalimat-kalimat yang dibaca. Dengan pemahaman ini akan terjadi sebuah proses refleksi dari apa yang telah kita baca.

Adapun kegunaan membaca bagi seseorang diantaranya pembaca akan diajak memasuki dunia pengetahuan yang begitu luas, pembaca diharapkan akan menjadi manusia yang lebih berakhlak, pembaca dapat meningkatkan kemampuannya pada bidang yang ditekuni, pembaca akan kaya akan perspektif, dan banyak lagi.

Dalam membaca kita menggunakan beberapa teknik yang secara sadar maupun tidak telah menjadi kebiasaan kita dalam membaca, diantaranya :

1. Membaca tersurat, dalam teknik ini kita memahami bacaan dari teks-teks yang tertulis.
2. Membaca tersirat, dalam teknik ini kita mencari pengertian tersirat dan membuat kesimpulan.
3. Membaca tersorot, dalam teknik ini kita membayangkan kemungkinan menerapkan gagasan dalam kondisi nyata.

Manfaat yang bisa kita ambil dari membaca buku dapat menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan minat baca. Manfaat yang umum digunakan sebagai alasan ialah menambah pengetahuan dan belajar dari pengalaman orang lain. Adapun manfaat secara medis bahwa membaca bisa membantu seseorang menumbuhkan syaraf-syaraf baru di otak. Motivasi ini perlu pula didukung dengan membangun sikap positif karena dalam falsafah Jawa, witing tresna jalaran saka kulino – rasa suka bermula dari kebiasaan. Kebiasaan inilah yang mengakibatkan seseorang ‘kecanduan’, dalam arti ketagihan dalam membaca.

Membaca bukan proses asal membaca, namun kita perlu membaca secara aktif. Membaca secara aktif ini dengan mempertanyakan secara kritis ide-ide yang diungkapkan penulis, dalam lain hal dengan mencari arti kata-kata yang tidak dipahami dari bacaan agar tidak terjadi keterputusan pemahaman antar kalimat dalam bacaan. Proses aktif ini juga dengan berusaha melibatkan seluruh indera dalam membaca misal membaca dengan keras kata yang tidak dipahami sehingga telinga ikut mendengar. Cara lain dapat dengan memberi warna atau garis bawah pada point-point penting dalam bacaan.

Kita perlu mengingat apa yang telah kita baca, agar aktifitas membaca kita tidak menjadi pekerjaan yang sia-sia. Kita bisa mengingat kembali dengan mengulang bahan yang telah kita baca, lewat proses ini kita dapat memperoleh informasi yang tidak didapat pada pemahaman pertama. Adapun cara lain untuk menajamkan ingatan ialah dengan mendiskusikan isi buku dengan rekan (dalam bentuk sharing bedah buku), hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan ingatan.

Dalam akhir tulisan ini, mari kita coba mengenali buku yang akan kita baca. Pertama, kita dapat melihat cover belakang dari buku, dari sini bisa didapatkan uraian singkat tentang isi buku. Kedua, kita dapat menilik daftar isi, karena dalam bagian ini berisi point-point penting dan gagasan utama. Ketiga, kata pengantarpun baik untuk turut disimak, karena di dalamnya penulis menyampaikan tujuannya, alasannya untuk menulis, dan hal-hal khusus ataupun istimewa yang dipaparkan penulis dalam bukunya. Urutan langkah ini penting untuk membantu kita mendapatkan ‘kompas’ yang akan memberikan arahan kita dalam membaca. Setelah itu, kita dapat membaca isi buku tersebut. Kita dapat membaca dari awal sampai akhir atau langsung ke bab yang membuat kita tertarik, adapun kedua cara ini bisa bergantian agar aktifitas membaca menjadi variatif.

Akhir kata, banyaknya lembaran buku dan bacaan dalam ‘perpustakaan’ kita tidak akan berarti tanpa adanya minat baca yang tinggi dari masing-masing individu. Adapun perubahan dalam proses ini tergantung pada diri kita, bukan pada orang lain.

Kegunaan membaca Al-Quran

Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti satupun artinya ?

Ini suatu cerita yang indah :

Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya.

Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucunya bertanya, " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'an seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur' an?

Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata , " Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air."

Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.

Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong , maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau satu ember air ; aku hanya mau satu keranjang air.

Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, "
Lihat Kek, percuma!" " Jadi kamu pikir percuma?"


Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya. " Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari
keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. "

"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur ' An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya lagi, kamu akan berubah, didalam dan diluar dirimu .
Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti satupun artinya ?

Ini suatu cerita yang indah :

Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya.

Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucunya bertanya, " Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur'an seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur' an?

Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di tungku pemanas sambil berkata , " Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air."

Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.

Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong , maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau satu ember air ; aku hanya mau satu keranjang air.

Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, "
Lihat Kek, percuma!" " Jadi kamu pikir percuma?"


Kakek berkata, " Lihatlah keranjangnya. " Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari
keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. "

"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur ' An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya lagi, kamu akan berubah, didalam dan diluar dirimu .

Bagaimana Membaca Aktif?

Agar bacaan kita aktif, maka akidah pembaca yang beragama Islam harus murni dan kuat sehingga dia bisa membaca dengan sadar. Demikian itu supaya sejak awal membaca, dia sudah memiliki dasar, sehingga dasar itu dia jadikan sebagai pijakan yang ia sadari ketika membaca. Jika dia membaca sebuah buku, dia selalu meneranginya dengan cahaya lampu Islam. Dasar dan pendidikan itu berfungsi sebagai landasan untuk meluruskan buku-buku itu dan sebagai ukuran untuk membedakan mana yang benar dan yang salah dan untuk mengkritik.

Seorang pembaca Muslim harus senantiasa menghadirkan ukuran kritik berdasarkan cahaya syariat di sela-sela bacaannya, khususnya ketika membaca buku-buku yang rancu dan tidak dikenai, sehingga dia akan mengkritik apa yang dibacanya berdasarkan akidah Islam dan dalil-dalil syariat yang dikenalnya serta hadits-hadits mana yang shahih dan cacat. Dengan begitu rnaka bacaan kita akan menjadi bacaan yang sadar dan aktif.
Faktor-faktor yang Dapat Merusak Kesadaran



1. Pasrah dan taklid buta kepada segala sesuatu yang ditulis dan dicetak, mempercayai, dan menerimanya begitu saja tanpa pemilahan dan kritik.
2. Meragukan hakikat dan pengetahuan yang telah kuat hanya karena ada tulisan tercetak lainnya yang bertentangan dengannya.
3. Terpedaya oleh promosi dan iklan besar-besaran yang dibuat untuk melariskan dan rnernpropagandakan buku-buku yang ditulis oleh penulis¬penulis tertentu dari kalangan orang-orang rnunnafik dan pembuat bid’ah, dengan tujuan untuk membesar-besarkan mereka, serta terjadinya kesalahan dalam mengukur nilai hakiki bagi para penulis tersebut entah penulis itu laki-laki atau perempuan.
4. Tidak mengetahui penyelewengan. penulis, anggapan-anggapannya, dan
inkonslstensinya sehingga terjadi pertentangan-pertentangan dalam
sebagian buku-bukunya. Misalnya, pada awalnya dia mengemukakan sebuah
pemikiran, kemudian menentangnya sendiri atau pada pendahuluan buku dia
mengatakan tentang keharusan untuk menempuh manhaj yang lurus atau
murni, kemudian ternyata dia menentangnya.
5. Enggan membaca buku-buku yang ditulis oleh sebagian penulis dari kalangan ulama karena terpengaruh oleh iklan dengki dan menerima begitu saja propaganda yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membenci ulama tersebut.

“contohnya sebagaimana yang diceritakan oleh Syaikh AI-Mushlih. Abdullah AI-Qari’I Rahimahullah pernah pergi ke Hindia dan di sana belajar kepada ulama-ulamanya. Di antara mereka ada seorang syaikh yang selalu menyebut nama Imam Muhammad bin Abdul Wahab, kecuali saat dia marah kepadanya dan menutup perkataannya dengan berdoa kepada Allah agar menyelamatkan Islam dan kaum Muslimin dari kejahatan dakwahnya hingga Hari Kiamat hingga seakan-akan dia telah menjadikan itu sebagai wirid yang pasti dibaca di setiap selesai memberikan pelajaran. Syaikh AI-Qar’awi berkata, “Tidak masuk akal jika saya .berdebat dengan orang yang pikiran dan hatinya dipenuhi oleh kepercayaan seperti itu, Karena itu saya mencari cara agar bisa menyadarkannya. Maka saya mengambil sebuah buku tentang tauhid yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Abdul Wahab. Saya menyobek sampul yang tercantum nama pengarangnya, dan lalu saya tinggalkan buku itu di atas meja Syaikh, semoga Syaikh membaca buku itu. Ternyata dia tertarik dan memahami buku itu secara mendalam. Dia takjub kepada pengarangnya dan bertanya siapa penulis buku yang hebat ini. Pada saat itulah saya menjelaskan kepadanya tentang penulis yang sebenarnya. Setelah tahu dia berkata, “Kita telah berbuat banyak kezaliman kepada Syaikh AI-Mushlih (Abdul Wahab) ini dan kami tidak menemukan kifarat yang dapat menebus kesalahan kami terhadapnya, kecuali mendoakan sebanyak celaan yang pernah kami berikan kepadanya.

6. Tidak peka kepada penyelewengan para penulis sesatyang menguatkan bid’ah, kesesatan dan racun mereka di tengah-tengah buku dan makalah mereka.

Metode yang mereka tempuh di antaranya:

* Memenggal teks untuk menimbulkan makna yang batil.
* Merubah teks, pemutarbalikkannya, mencelanya dan menambahnya.
* Menyitir teks bukan pada tempatnya.
* Menafsirkan teks dengan makna yang tidak diinginkan secara syariat.
* Mencarikan bukti-bukti lain yang palsu dan dibuat-buat, baik dari had its maupun atsar, serta menisbatkan perkataan kepada orang yang bebas darinya.
* Bersandar kepada kaidah-kaidah yang bertentangan dengan syariat, seperti menolak nash yang shahih dengan alasan bertentangan dengan akal dan propaganda bahwa nash itu mengandung makna eksplisit (lahir) dan makna implisit (batin).
* Berdalil kepada perkataan orang-orang batil, mengumpulkannya, memperbanyaknya, dan menyenanginya untuk memperkuat argumen. Meriwayatkan perkataan yang lemah dan pendapat yang cacat.
* Mendahulukan pendapat yang meragukan dan memperkuat jaringannya kemudian diam dan membiarkannya begitu saja, atau menjawabnya dengan jawaban yang cacat pula.
* Menggunakan sumpah palsu dan penegasan yang bertentangan dengan syariat untuk me¬lariskan dagangan yang tidak laku.
* Berpura-pura menolong agama dan bersemangat dalam memperjuangkan syariat.
* Memuji orang-orang yang menyeleweng, sesat, cela dan cacat dari kalangan ilmuwan dan pemilik manhaj yang lurus.
* Menggunakan istilah-istilah baru seperti kebebasan, pembaharuan, renovasi, pengembang-an, pencerahan, dan sebagainya.
* Menggunakan cara-cara tidak langsung dalam menentang pemikiran yang jelek, sehingga membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri; pad a awalnya dia menentang preposisi (premis-premis) rusak, tetapi hasilnya yang rusak dibiar-kan begitu saja diserahkan kesimpulannya pad a pembaca dan kebanyakan penulis lepas tangan dalam hal ini. Menurut mereka yang penting mengenal makna tersembunyi yang ada dalam alinea atau membaca apa yang ada di antara baris-barisnya. Yang penting dalam hal ini, menurut mereka, mengetahui keyakinan penulis dan sandaran pemikirannya; hal ini dapat diketahui melalui pengalaman dan pertanyaan.

Kebanyakan faktor yang menyebabkan ter¬jadinya kesesatan di atas tidak mungkin diketahui kecuali dengan pengetahuan yang dapat menyingkap penyelewengan dan garis-garis kebatilan. Dari sini muncul pentingnya bangunan ilmu syariat bagi pembaca Muslim ketika berhadapan dengan para ilmuwan yang sesat dan buku-buku ilmiah yang menyesatkan, agar dia blsa rnenjadi pembaca yang sadar dan aktif seperti yang diharapkan, tatkala membaca berbagai macam buku yang ada. Seorang pembaca Muslim harus berhati-hati dari cara-cara semacam ini agar dia tidak mendapatkan pengetahuan yang batil hingga merasuk ke dalam dirinya virus keraguan yang menjijikkan.

Setelah menjelaskan panjang lebar tentang masalah kesadaran atau keaktifan membaca, kita beranjak kepada pembicaraan tentang masalah mendasar dalam judul ini yaitu:

Pertentangan antara Manusia dan Buku

Di antara problem membaca terbesar yang dialami oleh kebanyakan manusia adalah keengganan membuka buku dan kadang sampai pada tingkat permusuhan. Sejumlah orang ada yang melapor bahwa dia cepat bosan jika membuka buku, khususnya buku-buku yang sulit. Maka dari itu, pada saat ini kita saksikan munculnya fenomena negatif dalam masyarakat yaitu adanya kecenderungan untuk berpaling dari buku-buku syariat yang penting dan senang membaca buku¬buku cabul, kisah-kisah hampa, majalah-majalah bergambar dan berwarna-warni, serta beritabe rita tentang olahraga dan seni.

Fenomena negatif lainnya adalah sejumlah alumni sekolah enggan membaca setelah mereka tamat belajar dan banyak di antara guru-guru, yang ilmu mereka semakin lama semakin menurun dari tahun ke tahun. Banyak di antara mereka yang berhenti membaca dalam bidang atau spesifikasi keilmuan mereka saja sementara ilmu pengetahuan terus berkembang dan bertambah.

Fenomena lain yang menggelitik jiwa adalah adanya kecenderungan untuk memalingkan perhatian terhadap buku bahkan untuk meminjam dari perpustakaan umum atau pribadi. Mereka lebih suka menganggur tanpa membaca buku karena disebabkan kecenderungan ini. Fenomena lain yang juga menggelitik jiwa adalah Anda dapati manusia membeli buku-buku tetapi buku-buku itu tersimpan rapi di rak-rak perpustakaan mereka tertimbun oleh debu-debu jalanan, yang tidak tergerak untuk membukanya apalagi membacanya, sehingga sangat disayangkan, sebagian halamannya banyak yang lengket antara satu lembar dengan lembar lainnya, yang menunjukkan bahwa buku itu tidak pernah dibuka.

Seorang penyair berkata tentang pengumpul buku tanpa melihat dan memanfaatkannya,

Jika kamu tidak terjaga dan sadar
Mengumpulkan buku tidak ada gunanya bagimu
Kamu datang di majelis membawa kebodohan
Sementara ilmumu tersimpan di dalam rumah

Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab: Mengapa manusia sekarang enggan membaca buku-buku yang bermanfaat? Mengapa mereka enggan membaca? Mengapa ada sebagian manusia yang memusuhi buku? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengetahui beberapa faktor berikut:

Faktor-faktor yang Menyebabkan Manusia Memusuhi Buku

1. Cepat bosan, kurang sabar, dan tidak betah duduk sebagaimana yang dituntut dalam membaca. Fenomena ini sangat tarnpak pada orang-orang lapangan yang suka bepergian, jalan-jalan, gerakan fisik dan tidak kuat duduk di satu tempat dalam waktu yang lama.
2. Tidak mengetahui nilai membaca dan keutamaannya. Manusia adalah musuh dari apa yang tidak diketahuinya.
3. Panjangnya pembahasan atau judul kajian.
4. Salah memulai: yaitu membaca buku-buku klasik dalam bidang tertentu sebelum membaca buku-buku yang mudah atau dasar, sehingga menjadikannya malas membaca karena rumitnya.
5. Tingginya susunan bahasa yang dipakai penulis untuk mengungkapkan isi. seperti kebanyakan buku-buku klasik yang ditulis oleh para ulama masa lampau yang mulia. Buku-buku itu mungkin ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan pembaca pada masa itu, bila ditinjau dari bahasa fushah (resmi) yang sesuai dengan tulisan ilmiah yang disyariatkan. Akan tetapi, bila ditinjau dari kemampuan bahasa masyarakat sekarang, sementara bahasa pasaran semakin merajalela, dan kemampuan berbahasa fushah dengan standar Al-Our’an merosot, bagaimana mungkin orang-orang awam memahaminya? Maka terjadilah keengganan membaca kitab-kitab itu sehingga mereka mencela kitab-kitab klasik itu, padahal di situlah terdapat ilmu. Sungguh, tulisan orang-orang terdahulu sedikit tetapi barkahnya banyak, sedangkan tulisan orang-orang sekarang banyak, tetapi barakahnya sedikit.
6. Tidak memahami istilah yang diulang-ulang dalam buku itu sehingga terjadi pertentangan antara pemahaman dan bacaan.
7. Tidak ada teman yang memberikan semangat kepada sesama temannya untuk membaca atau adanya ternan-ternan yang menghalanginya belajar ilmu, karena manusia itu tergantung kepada siapa temannya.
8. Merubah gizi dengan lemak atau sibuk membaca buku-buku yang membahayakan seperti majalah-rnajalah yang tidak ada manfaatnya. rnajalah-rnajalah olahraga dan sebagainya sehingga melupakan buku-buku yang bermanfaat.
9. Tidak adanya dorongan dari masyarakat untuk membaca dan keterbatasan pelajar dalarn membaca hanya pada buku-buku wajib saja Bahkan perguruan tinggi pun hanya menyaratkan kepada mahasiswanya untuk membaca buku-buku wajib tertentu, daripada membahas ilrnu secara luas. Yang disayangkan, sebagian besar orang tua jika mendapatkan anaknya membaca buku-buku di luar buku pelajaran sekolah dilarang membacanya; dan memerintahkannya hanya membaca buku-buku pelajaran sekolah saja.
10. Keliru meminta nasi hat atau meminta nasehat kepada orang yang bukan ahlinya.
11. Tidak memahami kaidah bahasa Arab dan minimnya kemampuan dalam memahami kalimat-kalimatnya serta kurangnya pengetahuan tentang susunan kalimat yang mengandung makna kiasan dan balaghah.
12. Pikiran menerawang dan tidak konsentrasi. Ini adalah problem yang banyak dikeluhkan oleh pembaca, lalu mereka berkata, “Kami sudah selesai membaca satu halaman, tetapi tidak memahami apa-apa, Menurut kami, hal semacam itu terjadi karena pikiran melayang dan tidak konsentrasi.
13. Karena cita-cita yang rendah dan rela kepada cita-cita rendah tersebut; seakan-akan dia diciptakan hanya untuk rnakan, minum, dan tidur. Dia tidak mengetahui buku-buku kecuali hanya bentuknya, tidak memahami bacaan kecuali hanya lewat begitu saja. Orang semacam ini tidak akan kuat bertahan untuk membaca, tidak akan tahan menerima tantangan dan menahan dirinya di depan buku, tetapi dia lebih memilih untuk bermalas-malasan dan tidur-tiduran, seperti yang dikatakan oleh Imam Yahya bin Abi Katsir, “lrnu tidak akan diperoleh dengan cara istlrahat.”
14. Sibuk dengan dunia hiburan seperti nonton film, drama, sinetron, aktivitas yang menghabiskan waktu, mengikuti lomba-lomba olah-raga secara berlebihan, bermain kartu, dan duduk-duduk yang tidak ada gunanya. Banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk kesenangan-kesenangan semacam ini, tetapi dia merasa sayang menggunakan waktunya untuk membaca seraya berkata, “Kami tidak punya waktu.”
15. Ada orang-orang tertentu yang sibuk dengan pekerjaannya yang banyak sehingga tidak sempat membaca. lni menunjukkan bahwa dia tidak memberikan hak kepada setiap hak dan tidak adanya keseimbangan. Begitu juga banyak orang yang sibuk dengan tuntutan hidup dan pekerjaan lembur untuk menghasilkan tambahan penghasilan sehingga tidak punya waktu untuk membaca.
16. Sudah merasa cukup hanya dengan mendengarkan kaset. Walau tidak diragukan lagi bahwa menyebarnya kaset-kaset itu telah rnenyebabkan berkurangnya gairah untuk membaca buku. Maksud dari pernyataan di sini bukan mengajak untuk meninggalkan kaset-kaset itu, bukan. Tetapi, harus ada keseimbangan antara mendengar kaset dan membaca buku, di samping buku memiliki faidah yang lebih banyak daripada kaset-kaset, seperti mudah mencarinya dan sebagainya. Mungkin untuk mendengarkan kaset-kaset itu bisa dilakukan pada saat-saat yang sulit digunakan untuk membaca atau waktu-waktu yang tidak mungkin digunakan untuk rnembaca, seperti sebelum tidur, waktu istirahat, di mobil, di tengah-tengah kerja di rumah, ketika menertibkan sesuatu dan sebagainya. Abu Al-Barakat, kakek Syaikhul lslam Ibnu Taimiyah, jika dia akan mandi, dia menyuruh seseorang untuk membacakan buku dengan suara keras, sedangkan beliau mendengarkannya sambil mandi. Begitulah kegigihan beliau dalam memanfaatkan waktu.
17. Menyebarnya’ buku-buku ringkasan. Memang buku-buku ringkasan itu sangat bermanfaat pada masa di mana hapalan manusia semakin melemah dan nuansa keilmuan melemah serta banyaknya kesibukan dunia. Akan tetapi, buku-buku ringkasan yang disebarluaskan itu -dengan tidak menafikan unsur positifnya- menyebabkan melemahnya ruh pembahasan menurut banyak kalangan.Ini bukan berarti mengajak agar menghindari buku-buku ringkasan tersebut, tetapi untukmengingatkan pentingnya membaca buku secara lengkap dan tidak hanya mencukupkan diri pada pembahasan dalam masalah-rnasalah yang terbatas pada buku-buku ringkasan saja.
18. Harga buku yang melambung tinggi.
19. Pencetakan buku yang berkualitas rendah, seperti tulisan dan hurufnya terlalu kecll, tidak jelas, banyak kesalahan cetak, kertasnya jelek, dan sebagainya.
20. Jarangnya perpustakaan umum, sulitnya transportasi untuk sampai ke sana dan sulitnya prosedur untuk mendapatkan pinjaman buku darinya.
21. Adanya perasaan yang tumbuh dalam diri kebanyakan pelajar bahwa tujuan belajar adalah mendapatkan sertifikat (ijazah) dan mendapat kerja.

Setelah kita menjelaskan tentang beberapa faktor yang menyebabkan seseorang enggan membaca ini, maka tiba saatnya kita membahas tentang pemecahan atau solusinya.

Solusi

Untuk menyelesaikan segala problem dan kekurangan, kita harus meminta pertolongan kepada Allah, bertawakal dan bersimpuh di hadapan-Nya dengan doa. Setelah itu kita harus mengikutinya dengan usaha-usaha lahiriyah untuk menyelesaikannya beberapa poin, di antaranya adalah:

1. Mengetahui keutamaan ilmu, kemuliaan orang yang berilrnu dan memberikan penjelasan tentang pentingnya membaca karena ia merupakan sarana terpenting untuk mendapatkan ilmu. Di antara kegunaan membaca yang dapat memotivasi seorang Muslim untuk membaca yaitu:

* Agar dapat mempelajari ilmu syariat yang merupakan barometer bagi keabsahan sebuah amal perbuatan dan menepis kebodohan yang merupakan sebab celaan dan terjerumusnya seseorang ke dalam perbuatan haram. Ilmu adalah kehidupan dan cahaya sedang kebodohan adalah kematian dan kegelapan.
* Menerima perkataan Allah, nabi-nabi-Nya dan para ulama.
* Mengenal hikmah dan landasan hukum syariat yang menjadikan seseorang semakin kokoh dalam beragama.
* Menjaga waktu dan menggunakannya untuk sesuatu yang bermanfaat.
* Menghindari ternan-ternan jelek yang senang membuang-buang waktu.

2. Mendorong orang agar gemar membaca dengan cara-cara sebagai berikut:

* Menyelenggarakan pameran buku. Jika orang orang Barat telah menemukan pentinqnya event semacam ini, lalu mereka rnenyelenqqarakan pameran-pameran buku besar, lokakarya, dan perkumpulan para pembaca. Seharusnya kita lebih daripada mereka dalam segala pemikiran yang diperbolehkan sehingga mendorong kita untuk belajar. Maka dari itu kita harus menggunakan sarana-sarana visual dan audio visual serta memanfaatkan sarana-sarana informasi untuk mendorong manusia agar semakin gemar membaca.
* Mengadakan seminar-seminar tentang budaya membaca dan seminar-seminar metodologis di sekolah-sekolah dan perguruan tinqqi perguruan tinggi, khusus dalam masalah membaca.
* Membiasakan anak-anak sejak kecil agar gemar membaca dan menyenangi buku dengan mendorong mereka secara materi misalnya dengan memberikan hadiah-hadiah, pujian¬pujian, membelikan buku-buku yang menarik untuk anak-anak, yang berwarna menarik, huruf-hurufnya besar, dengan kalimat-kalirnat yang sederhana, dan menganjurkan mereka agar menyisihkan sebagian uang jajannya untuk membeli buku. Tetapi, semua itu harus dibarengi dengan anjuran agar mereka memperhatikan buku-buku mereka dan bagaimana menjaganya.” Hendaknya orang tua menjauhkan anak-anak mereka dari kisah-kisah takhayul yang menakutkan anak dan merusak daya khayal mereka serta mengutamakan kisah-kisah tentang perjalanan para pembesar umat, pahlawan-pahlawan mereka, ulama-ulamanya, dan pemimpin-pemimpinnya untuk membentuk figur teladan yang tertanam dalam jiwa anak tersebut.
* Membuat perpustakaan di rumah dengan bentuk yang tertib dan unik.
* Mengadakan perlombaan yang mendorong manusia gemar membaca.
* Memberikan hadiah kepada para penulis dan pembaca dalam berbagai macam event.
* Memperhatikan penerbitan buku-buku dan menjualnya dengan harga yang logis, melakukan pemberantasan buta huruf, berusaha mencari donator untuk menebitkan buku-buku penting guna disebarluaskan dan dibagikan secara cuma-cuma atau dijual dengan harga yang murah memberikan diskon dan sebagainya. Begitu juga memberikan kemudahan-kemudahan untuk mengirimkan buku-buku lewat pos bagi para pelajar di tempat-tempat yang jauh dan desa-desa terpencil serta membuat perpustakaan berjalan yang diselenggarakan di atas mobil-mobil box.

3. Membaca buku dengan cara sedikit demi sedikit. lni adalah masalah penting untuk mencapai tujuan, karena di sinilah letak keberhasilan dan kegagalan dalam membaca.

Oleh: Syaikh Muhammad Shalih Munajjid.
Disadur dari “Buku Ini Aku Pinjam-tip baca buku-”
Penerjemah: Drs. Asmuni (Darul Falah, 2004)

Bagaimana kita membaca?

Di Barat sudah ada banyak kajian tentang membaca terutamanya tentang proses kognitif dan linguistik yang menjadi asas dalam perkembangan keupayaan membaca. Kita sama ada guru mahupun ibu bapa biasanya lebih berminat tentang kaedah untuk guru atau ibu bapa boleh gunakan untuk mengajar anak membaca.

Kesannya, apabila anak tidak boleh membaca dengan baik, kita sudah mati akal. Tetapi kalau kita faham bahawa anak itu akan melalui beberapa tahap sebelum dia boleh sampai ke tahap membaca dengan baik, kita akan dapat membimbing anak dengan cara yang betul dari satu fasa ke fasa yang lain.

Kali ini, saya akan perturunkan ilmu yang saya dapat daripada satu artikel ditulis oleh Linnea C Ehri dan Sandra Mc Cormick. Sebenarnya sedar tak sedar, ada beberapa cara yang kita gunakan untuk membaca.

Linnea C Ehri mengatakan apa jua kaedah yang kita gunakan untuk belajar membaca matlamatnya supaya akhirnya kita boleh membaca menggunakan cara -cara berikut:

1 Decoding - Apabila kita terjumpa satu perkataan yang tidak biasa jumpa, kita mungkin akan menggunakan kaedah ini untuk membaca. Contohnya, merepatriasikan. Kita akan mula mendekod perkataan itu; memenggal perkataan me re pa t r ia si kan dan masa yang sama juga kaitkan setiap pemenggalan tadi dengan bunyinya dan kemudian menggabungkan bunyi menjadi satu perkataan.

Dalam bahasa Melayu, cara ini memang 100% boleh digunakan dengan berkesan. Tetapi tidak untuk bahasa Inggeris. Dalam bahasa Inggeris, ada masanya cara ini terpaksa digabungkan dengan cara lain untuk boleh membaca unfamiliar words.